| Selasa, 30 April 2013
SELASA 30 APRIL 2013

18.Delapan Ciri Organisasi yang Tidak Sehat





Organisasi yang sehat tentu menjadi impian setiap organisatoris. Namun ternyata tidak semua organisasi dikategorikan sebagai organisasi yang sehat. Hal ini dapat diketahui melalui beberapa indikasi dan tanda-tanda. Terkadang sebuah organisasi yang sedang mengalami suatu permasalahan, dan sedang tidak beres, tidak langsung memahami bahwa dirinya diserang ‘virus’. Seperti seorang pasien yang berobat ke dokter agar sembuh. Organisasi pun membutuhkan bantuan untuk menyehatkan dirinya kembali.
Kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan organisasi adalah penting. Dengan mengetahui dan menyadari kondisi, akan dapat menanggulangi dan menangani virus-virus yang mengancam keutuhan dan keselamatan sedini mungkin. Adapun ciri-ciri dari organisasi yang tidak sehat adalah:
1. Terbentuk in group dan out group dalam satu kepengurusan
Sebuah organisasi dikatakan tidak sehat ketika di dalam satu periode kepengurusan terdapat in group dan out group. Pengertian dari in group atau kelompok dalam adalah suatu kelompok kepengurusan organisasi yang terlibat penuh pada setiap pengambilan kebijakan yang ditempuh organisasi serta memiliki kekuatan berupa pengaruh terhadap organisasi secara keseluruhan. Sementara itu out group atau kelompok luar adalah suatu kelompok kepengurusan organisasi yang dipinggirkan keberadaannya, dengan sengaja dibuat lemah fungsi dan perannya di organisasi, sekalipun secara struktur organisasi memiliki keabsahan.
Adanya grup-grup semacam itu di dalam tubuh organisasi akan menunjukkan ketidak kompakkan antar sesame pengurus. Biasanya hal ini disebabkan oleh kurangnya upaya untuk menyatukan seluruh pengurus. Terdapat kecenderungan pribadi atau kelompok terhadap suatu golongan berdasarkan latar belakang tertentu. Sehingga menyebabkan timbulnya keinginan untuk mengambil alih kegiatan organisasi hanya untuk golongan mereka. Akibatnya golongan lain yang mereka pinggirkan tidak dapat berperan dan berfungsi dalam kegiatan organisasi sebagaimana mestinya.
Organisasi akan dirugikan dari adanya grup-grup ini. Program kerja dan tujuan organisasi akan sulit dicapai. Karena para pengurus yang memiliki tugas dan kewajiban sesuai aturan organisasi tidak dapat bekerja secara maksimal.   
2. Keputusan rapat tidak dilakukan secara terbuka
Dalam perjalanan organisasi, rapat dilakukan secara teratur guna mengevaluasi keadaan terkini serta menyelesaikan permasalahan dan kendala yang sedang dialami organisasi. Rapat biasanya dihadiri oleh seluruh pengurus dalam suatu periode kepengurusan. Idealnya rapat diselenggarakan secara terbuka, artinya semua pengurus diundang dalam rapat dengan agenda rapat yang akan dibahas untuk menemukan kesepakatan. Dalam suatu waktu, bisa saja terjadi pengambilan keputusan rapat yang dengan sengaja tidak melibatkan seluruh pengurus. Hal ini menjadi indikasi adanya keinginan dari pihak-pihak tertentu untuk menjalankan suatu kegiatan tanpa adanya kesepakatan dan persetujuan seluruh pengurus. Oleh karena itu, biasanya sebuah organisasi sangat rapi dalam melakukan pendataan nama-nama pengurus yang hadir dalam suatu rapat.       
3. Kegiatan organisasi tidak melibatkan seluruh pengurus
Entah karena adanya perasaan tidak cocok atau keengganan yang sifatnya personal. Terkadang beberapa pengurus tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan organisasi. Adalah hal yang dapat dimaklumi bila ketidak hadiran pengurus tersebut dikarenakan persoalan penting yang mendesak sehingga menyebabkan dirinya berhalangan untuk hadir. Namun perlu untuk dipelajari mengenai ketidak hadiran pengurus hingga berkali-kali. Diperlukan pendekatan pengurus lainnya untuk mengetahui serbab-sebab secara pasti. Karena hal ini bisa jadi mengisyaratkan adanya ketidak puasan pengurus terhadap kegiatan organisasi.    
4. Adanya perbuatan pengurus yang bertentangan dengan aturan organisasi   
Tidak selamanya pengurus menjalankan organisasi selalu sesuai dengan aturan. Terkadang ada pula pengurus yang mengabaikan bahkan secara terang-terangan melanggar aturan organisasi. Kepatuhan pengurus terhadap aturan organisasi menunjukkan karakter dan kepribadian yang dimiliki. Pemahaman dan pengetahuan pengurus terhadap norma organisasi, tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pengurus.
Kepatuhan terhadap aturan tidak akan menjadi sulit dan menyiksa jika diikuti kesadaran yang bersumber dari pengetahuan dan pengertian yang baik dan benar. Ketegasan dari kepimpinan organisasi diperlukan untuk bisa mengarahkan para pengurus sesuai dengan tujuan berorganisasi serta visi misi yang hendak dicapai dengan memperhatikan perkembangan dan kemajuan jaman. Karena terkadang sebuah organisasi tidak dapat melakukan tindakan tegas pada pengurus yang bermasalah. Sehingga apabila dibiarkan berlarut-larut, organisasi akan menjadi tidak tertib dan menimbulkan ketidakpercayaan pengurus lainnya terhadap kualitas kepemimpinan organisasi tersebut. Dengan demikian, sebuah organisasi harus bisa menghadapi dan mengantisipasi ketidak patuhan pengurus dalam berorganisasi. Misalnya melalui sistem reward and punishment (hadiah  dan hukuman).        
5. Adanya pengurus yang bersifat merusak (destroyer)
Perjalanan organisasi tidak selalu berjalan mulus. Terkadang ada beberapa hambatan dan rintangan yang harus dihadapi. Ada beberapa hal yang menghambat kemajuan organisasi. Salah satunya adalah pengurus yang bersifat merusak. Artinya pengurus tersebut memiliki perilaku dan watak kepribadian yang menimbulkan masalah bagi sekelilingnya maupun dirinya sendiri.
Watak kepribadian yang merusak antara lain; dengki, tidak rela orang lain mendapatkan kebahagiaan, ingin menghilangkan kebahagiaan yang didapatkan orang lain, melakukan upaya memecah persatuan organisasi, tidak mau introspeksi diri, ingin agar dirinya selalu benar dan menang sendiri, tidak bisa menghargai kinerja sesama pengurus, ingin menghambat kemajuan organisasi, tidak memiliki visi hidup. Watak semacam ini apabila tidak ada kesadaran dari pemiliknya untuk berubah dan memperbaiki diri, lambat laun akan mempersulit diri sendiri dan pada akhirnya akan dijauhi oleh lingkungan sekitarnya, karena tidak bermanfaat.
6. Kepemimpinan yang tidak berwibawa
Salah satu yang mendukung kemajuan sebuah organisasi adalah kepemimpinan yang berwibawa. Yaitu kepemimpinan yang mampu menjalankan program kerja organisasi dengan senantiasa berupaya mencapai tujuan berorganisasi, mampu tanggap dan peka terhadap segala permasalahan organisasi, mengantisipasi segala kemungkinan yang patut diwaspadai, menjaga keutuhan organisasi dan senantiasa menambah wawasan serta pengetahuan guna menyikapi perubahan yang terjadi. Tentunya tugas kepemimpinan tidak hanya dilakukan oleh seorang saja. Namun juga perlu didukung oleh segenap pengurus. Karena pada dasarnya, berorganisasi adalah tempat untuk belajar mengenai leadership (kepemimpinan). Kepemimpinan dalam organisasi diwujudkan dalam struktur organisasi dengan berbagai tanggung jawab serta peran fungsi yang melekat bersama posisi struktural organisasi. Selain itu, penting pula pendidikan dan pelatihan kepemimpinan di tiap organisasi yang diselenggarakan melalui up-grading kepemimpinan.
Yang menjadi masalah kemudian adalah ketika kepemimpinan organisasi tidak mampu melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan. Sehingga tidak dapat mewujudkan stabilitas situasi dan kondisi organisasi. Dengan kata lain organisasi berada dalam keadaan goncang, banyak masalah tidak dapat diselesaikan.    
7. Persepsi yang salah mengenai tujuan berorganisasi
Landasan yang baik, benar dan tepat diperlukan setiap memulai suatu hal. Seperti membangun sebuah gedung, harus memiliki pondasi yang kuat. Apabila pondasinya rapuh, bahan-bahannya berasal dari bahan yang tidak berkualitas, atau semennya tidak murni. Maka akan menyebabkan gedung mudah keropos. Hingga yang paling parah, gedung bisa ambruk.
Begitu pula dengan berorganisasi. Tujuan awal yang baik dan benar, mengapa berorganisasi, apa yang ingin dicapai di organisasi, bagaimana cara berorganisasi, terlebih dahulu harus dipikirkan oleh seseorang yang akan berkecimpung dalam suatu organisasi.
Untuk menambah wawasan dalam mengenal tujuan berorganisasi, ada baiknya untuk bertanya kepada orang-orang yang berpengalaman dalam organisasi, membaca banyak buku organisasi dalam berbagai perspektif, serta mengamati organisasi yang ada di sekitarnya, Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam berorganisasi. Sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh situasi dan tidak mudah menyerah pada saat menemui hambatan.
Tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang memiliki tujuan yang lurus dalam berorganisasi. Entah karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki atau karena karakter dan watak kepribadian yang kurang baik. Namun yang jelas, persepsi yang salah  mengenai tujuan berorganisasi akan merugikan diri sendiri maupun organisasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.    
8. Kurangnya ketrampilan berorganisasi yang dimiliki pengurus
Semakin berpengalaman pengurus organisasi, maka semakin gesit dan tertib sebuah organisasi. Pengalaman berorganisasi akan mendidik jiwa organisatoris dan kemampuan dalam menyelenggarakan kegiatan serta menjalankan roda organisasi.
Pengurus yang kurang terampil, akan membutuhkan waktu lebih lama dalam melakukan fungsi dan perannya. Lebih jauh lagi, kurangnya pengalaman yang dimiliki pengurus akan menyebabkan kurangnya kekritisan dan kepekaan dalam menganalisa kebutuhan sebuah organisasi. Pengurus yang kurang terampil cenderung statis terhadap kegiatan dan program kerja di organisasi. Motivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas dalam rangka memajukan organisasi, cenderung dihindari. Diantaranya disebabkan oleh rasa kurang percaya diri terhadap hal-hal baru yang seharusnya dapat dikembangkan di organisasi.
Demikian uraian mengenai ciri-ciri organisasi yang tidak sehat. Untuk menyembuhkan virus organisasi yang menyebabkan tidak sehat, perlu diketahui sumber permasalahan. Kemudian melakukan analisa, serta mencari tahu bagaimana solusi penyelesaiannya. Setelah itu, dengan segenap hati berusaha untuk mengobati virus-virus tersebut.
DAFTAR ISI :
http://riadewanti.wordpress.com/2011/07/30/delapan-ciri-organisasi-yang-tidak-sehat/

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲